BANDAR POKER - Menelisik Panorama dan Budaya Bromo Yang Mendunia - Salah satu pesona wisata dari timur Jawa yang ditawarkan semesta adalah Gunung Bromo. Tentu, para traveller pecinta gunung sebahagian besar sudah menjelajahi wisata alam pegunungan ini. Gunung yang memiliki ketinggian 2.392 mdpl, terletak di 4 wilayah, yaitu Kab. Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kab. Malang, Propinsi Jawa Timur.
BANDAR POKER - Menelisik Panorama dan Budaya Bromo Yang Mendunia
Berikut titik lokasi di wisata Gunung Bromo yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kamu: keindahan sunrise dari bukit Pananjakan, kawah Bromo, dan Padang Savana. Dari beberapa titik lokasi mainstream Gunung Bromo baik dari pengunjung domestik maupun turis asing yang wajib dikunjungi tersebut, pasti akan menjadi cerita lama jika dinikmati dengan cara itu-itu saja.
Bicara soal berkesenian di kawasan wisata Gunung Bromo, maka tidak lain objeknya adalah kesenian gamelan. Gamelan khas Jawa Timur ternyata merupakan alat musik tradisional satu-satunya yang masih dilestarikan oleh Suku Tengger—suku asli yang mendiami sekitar kawasan Bromo ini, merupakan para pengabdi dari peninggalan budaya tradisional tersebut.
Jika Kamu mengunjungi wisata Gunung Bromo, pemandangan pertama sangat kental budaya hindu adalah dekorasi bangunan seperti pemukiman penduduk, gerbang selamat datang, hingga tempat beribadah. Ya, dominan para penduduk sekitar menganut agama hindu yang taat.
Sejak awal ketika sampai di kawasan Gunung Bromo, Kamu tidak akan melihat tanda-tanda adanya penduduk muslim di sini. Perlu Kamu ketahui, wilayah bawah sebelum masuk ke dalam arena pegunungan, lebih ramai dan padat pemukiman.
Terdapat beberapa SD Negeri dan deretan rumah-rumah penduduk. Hanya saja, cuma ada satu jalur untuk dua arah. Itupun, berkelok-kelok dan terjal (namun percayalah, inilah sensasi dan euforia menuju Bromo sesungguhnya). Untuk menuju wilayah penginapan sebelum tiba ke Padang Savana, tidak ada kendaraan lain selain mobil jeep sewaan milik warga sekitar yang ditumpangi 5-8orang tentunya dengan tarif relatif.
Tiba di kawasan Gunung Bromo, udara dingin semakin terasa menusuk ubun-ubun. Sebenarnya, itu hanya baru hawa dan kabut tebal di sekitaran homestay yang berada di wilayah atas. Terdapat perkebunan cukup luas dan beberapa rumah singgah sementara. Penduduk berlalu-lalang berkebun mengendarai sepeda, atau bahkan berjalan kaki membawa peralatan seadanya. Topi kupluk dan kain sarung seakan menunjukkan mereka sudah terbiasa dilekatkan hawa dingin sekitar Gunung Bromo. Uniknya, karena mereka terlalu sibuk mengurusi ladang dan mungkin, para wisatawan sibuk hanya mengunjungi keindahan alam saja maka timbul sikap cenderung waspada warga sekitar terhadap pengunjung yang ingin mencoba membuka obrolan. Benar saja, hemat saya, hanyalah senyum satu-satunya senjata di manapun kita berada untuk menunjukkan bukti keramahan dan sikap ingin berbaur.
Menguliti kesenian dan filosofis di balik kentalnya agama hindu di kawasan Gunung Bromo, beberapa warga yang cukup lama mendiami dan tetua adat mengiyakan bahwa wilayah tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Gamelan sendiri, di wilayah Tengger dijadikan sebagai hiburan rutin bagi para warga sekitar maupun wisatawan yang berkunjung.
Balai Desa Ngadisari yang terletak di daerah bawah kawasan pegunungan, dijadikan tempat latihan Gamelan Tayuban (salah satu gamelan yang dipentaskan). Menariknya, lirik-lirik pengiring gamelan merupakan doa kepada dewa-dewa dan bermakna menasehati, bersirat panen duit atau dengan istilah Jawa Baratan serta diiringi lagu salah satunya Sinden Jaipong.
Menyoal kesenian gamelan, Jawa Timur memang membedakan menjadi dua jenis yaitu Jatim Malangan (Jatim sini; Desa Sukapura) atau Kota Malang dan kedua Jatim Jombang di daerah bawah pegunungan. Asal gamelan sendiri adalah Gamelan Sinden berasal dari Malang dan Banyuwangi dan Reog Ponorogo dari daerah bawah pegunungan. Biasanya dibawakan pada malam jumat legi atau hajatan.
Kesenian lainnya yang menarik adalah pementasan Reog, Tayub, dan Orkes. Untuk kurun waktu pementasan itu sendiri dilakukaan hanya saat upacara adat, bila ada hajatan dan setahun sekali pada tari-tarian Roroanteng Jokoseger, langsung diampu oleh warga asli suku Tengger dan pemangku adat.
Mengingat mayoritas penduduk adalah penganut agama hindu, selain tempat penginapan dan kebun yang sangat luas, terdapat pula sebuah pura. Jika tepat waktu pemujaan, wisatawan boleh mengikuti ritual yang diadakan setelah matahari tenggelam. Namun, untuk perempuan yang sedang berhalangan tidak diperbolehkan memasuki area pura dan mengikuti ritual tersebut.
Agama manapun, tentu akan menjaga kesuciannya begitupun ibadah dan tempat mereka memuja Tuhan. Ritual yang awalnya menegangkan, kemudian pecah dengan tingkah laku anak-anak diiringi nyanyian. Keluguan mereka tidak mengusap ketaatan dalam beribadah yang dipimpin langsung oleh pemangku adat suku Tengger.
Gunung Bromo memang memiliki sejuta panorama yang mendunia. Mengapa? Sebab, tidak hanya kecantikan duniawi sekejap disajikannya. Tiap waktu per-hari, Gunung Bromo mampu menghipnotis semua sisi tubuhnya. Sebelum matahari terbit, tepat pukul tiga pagi hawa dingin mampu ditahan para wisatawan demi menikmati sunrise yang membuat mata tidak mampu berkedip.
Selain suasana perjalanaan masih sangat gelap dan sepi, kamu harus kembali berjalan kaki dengan jalan agak menanjak dan beberapa anak tangga. Sesampai lokasi, bertemu wisatawan lain berkumpul menunggu momen tak terlupakan, kamu akan merasakan semua terbayar tuntas. Kamu seperti berada di negeri atas awan, langit terasa satu jengkal di atas kepala, dan hal terpenting harus diabadikan ke dalam momen penting. Karena ingatan bisa saja sekejap, penglihatan tidak.
Setelah selesai, turun dan menuju Padang Savana—surga dunia lainnya dari Gunung Bromo yang tidak mungkin terlewatkan. Hamparan pasir yang sangat luas, berdiri kokoh Taman Nasional, dan jalan panjang menempuh puncak kawah Gunung Bromo. Tidak dapat dielakkan rasa lelah ketika menempa perjalanan berpasir nan jauh serta menanjak tinggi sekali. Tidak kalah pula banyak kuda lalu-lalang ditunggangi para wisatawan yang ingin merasakan sensasi menanjak sambil berkuda.
Hanya, bagi Anda yang memilih berjalan kaki harus tetap waspada dengan kuda-kuda dalam satu trayek menuju puncak kawah. Ratusan anak tangga dua arah siap menemani sepanjang perjalanan. Namun, tetap saja kembali pada tujuan awal untuk memanjakan diri semua akan terbayar tuntas dengan kepuasan dan keindahan yang akan didapat sesampai di atas.
Setelah merasakan tingginya puncak kawah Gunung Bromo, Anda akan merasakan cepat sekali menuju Padang Savana. Tidak terasa lelah sedikitpun dibarengi dengan saling sapa dan senyum kepada wisatawan yang berpapasan. Untuk kuliner sendiri, tentu ketika berkunjung ke wilayah dingin tidak jauh dari makanan berkuah dan hangat. Begitu pula yang tersaji di sepanjang kawasan Bromo.
Berpetualang, menjejaki alam adalah sebuah relaksasi kewajaran tubuh manusia pada kodratnya. Namun, apa salahnya mengulik sisi lain dari sekadar memanjakan diri dan terlalu menggandrungi alam mentah-mentah? Ada banyak sekali yang bisa dinikmati dari berbagai sisi ketika mengunjungi tempat wisata. Ingatlah, di Indonesia banyak sekali bagian terselubung seperti kesenian dan sisi kehidupan lain dari cara pandang, kebiasaan, budaya penduduk asli setempat.
Dari sanalah, akan ditemukan makna berjelajah sesungguhnya. Dan kesenian inilah yang akan menyetarakan Indonesia di kancah internasional. Bagi Anda yang sudah pernah ke Gunung Bromo, mari telisik kembali keunikan lain sambil berekreasi. Selamat berkunjung!
0 Komentar untuk "BANDAR POKER - Menelisik Panorama dan Budaya Bromo Yang Mendunia"